Selasa, 31 Desember 2013

Menangisi Negeri Ini

Diri ini menangis. Diri ini meneteskan air mata ketika kutulis lembaran ini, bagian dari buku kehidupan yang insyaAllah akan menjadi pelajaran untukku.
Bagaimana tidak kuteteskan air mata ini?
Di saat banyak orang di luar sana yang tidak punya uang untuk beli makan, menahan lapar, mendengar jerit tangis anak-anaknya yang meminta makan, bahkan sampai ada yang meninggal dunia lantaran makan nasi busuk gara-gara tidak bisa beli nasi, tetapi sebagian besar orang yang merasa punya uang banyak justru membeli terompet, petasan, dangdutan, merayakan pergantian tahun baru.
Padahal kita tahu, harga terompet, petasan, apapun yang berhubungan dengan tahun baru harganya lebih mahal daripada sebungkus nasi.
Entah kalau seperti ini siapa yang pantas disalahkan?
Entah kemana diri ini harus mengadu?
Apakah mereka yang memiliki uang lebih mau mendengar?
Mengapa tidak disedekahkan untuk mereka yang gak mampu beli makan?

Hati ini bergejolak sembari terus meneteskan air mata.
Konon negeri ini masih banyak kemiskinan. Di satu sisi, negeri ini menjunjung tinggi persatuan Indonesia.
Di manakah letak persatuan itu sekarang?
Apakah cukup hanya sebatas menyatukan pulau-pulau di Indonesia ini tanpa menyatukan warganya juga?
Sampai mana kebersamaan kita Indonesia?
Mengapa kamu rela membiarkan oranglain pergi meninggalkan Indonesia hanya karena tidak bisa makan sementara di luar sana banyak pula orang yang bisa membantu?

Bersama suara petasan yang terdengar di luar sana, hati ini menjerit, menangisi apa yang sudah terjadi di sini.
Mendengar cerita ibu tentang kenaikan harga sembako di tahun 2014, semua makin mahal. Bagaimana dengan gaji? Apa kenaikannya sebanding dengan kenaikan harga sembako?
Memang slogan "yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin" itu nyata.
Sementara ada banyak orang yang meratapi apa-apa mahal, di luar sana masih banyak pula yang berpesta dan berfoya-foya, menghamburkan banyak uang untuk hal yang sebenarnya tidak esensial.

Diri ini tidak bisa berbuat apa-apa.
Hanya kepada Allah tempat ku mengadu.
Hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Indonesia.
Semoga para pejabat kaya maupun orang-orang yang berlebih hartanya bisa terbuka hatinya, mau dengan suka rela membantu saudara-saudara yang membutuhkan, tidak korupsi, menyalurkan tangan mereka untuk merealisasikan kesejahteraan Indonesia.
Semoga mereka yang membutuhkan uluran tangan kita diberikan kemudahan oleh Allah dalam mendapatkan rezeki, diberi kekuatan, dan Allah lapangkan pintu rezekinya.

Karena aku yakin, Indonesia itu satu, KITA.
Mereka adalah saudara kita.
Jika jiwa gotong royong dan saling memiliki mengakar kokoh dalam hati, kematian karena kelaparan tidak akan terjadi.

Kalau bukan kita para generasi penerus bangsa ini yang memulai, siapa lagi?
Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Indonesia butuh perubahan.
Indonesia harus wujudkan Pancasila agar tidak sebatas hitam di atas putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar