Diri ini menangis. Diri ini meneteskan air mata ketika kutulis lembaran ini, bagian dari buku kehidupan yang insyaAllah akan menjadi pelajaran untukku.
Bagaimana tidak kuteteskan air mata ini?
Di saat banyak orang di luar sana yang tidak punya uang untuk beli makan, menahan lapar, mendengar jerit tangis anak-anaknya yang meminta makan, bahkan sampai ada yang meninggal dunia lantaran makan nasi busuk gara-gara tidak bisa beli nasi, tetapi sebagian besar orang yang merasa punya uang banyak justru membeli terompet, petasan, dangdutan, merayakan pergantian tahun baru.
Padahal kita tahu, harga terompet, petasan, apapun yang berhubungan dengan tahun baru harganya lebih mahal daripada sebungkus nasi.
Entah kalau seperti ini siapa yang pantas disalahkan?
Entah kemana diri ini harus mengadu?
Apakah mereka yang memiliki uang lebih mau mendengar?
Mengapa tidak disedekahkan untuk mereka yang gak mampu beli makan?
Hati ini bergejolak sembari terus meneteskan air mata.
Konon negeri ini masih banyak kemiskinan. Di satu sisi, negeri ini menjunjung tinggi persatuan Indonesia.
Di manakah letak persatuan itu sekarang?
Apakah cukup hanya sebatas menyatukan pulau-pulau di Indonesia ini tanpa menyatukan warganya juga?
Sampai mana kebersamaan kita Indonesia?
Mengapa kamu rela membiarkan oranglain pergi meninggalkan Indonesia hanya karena tidak bisa makan sementara di luar sana banyak pula orang yang bisa membantu?
Bersama suara petasan yang terdengar di luar sana, hati ini menjerit, menangisi apa yang sudah terjadi di sini.
Mendengar cerita ibu tentang kenaikan harga sembako di tahun 2014, semua makin mahal. Bagaimana dengan gaji? Apa kenaikannya sebanding dengan kenaikan harga sembako?
Memang slogan "yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin" itu nyata.
Sementara ada banyak orang yang meratapi apa-apa mahal, di luar sana masih banyak pula yang berpesta dan berfoya-foya, menghamburkan banyak uang untuk hal yang sebenarnya tidak esensial.
Diri ini tidak bisa berbuat apa-apa.
Hanya kepada Allah tempat ku mengadu.
Hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Indonesia.
Semoga para pejabat kaya maupun orang-orang yang berlebih hartanya bisa terbuka hatinya, mau dengan suka rela membantu saudara-saudara yang membutuhkan, tidak korupsi, menyalurkan tangan mereka untuk merealisasikan kesejahteraan Indonesia.
Semoga mereka yang membutuhkan uluran tangan kita diberikan kemudahan oleh Allah dalam mendapatkan rezeki, diberi kekuatan, dan Allah lapangkan pintu rezekinya.
Karena aku yakin, Indonesia itu satu, KITA.
Mereka adalah saudara kita.
Jika jiwa gotong royong dan saling memiliki mengakar kokoh dalam hati, kematian karena kelaparan tidak akan terjadi.
Kalau bukan kita para generasi penerus bangsa ini yang memulai, siapa lagi?
Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Indonesia butuh perubahan.
Indonesia harus wujudkan Pancasila agar tidak sebatas hitam di atas putih.
Selasa, 31 Desember 2013
Jumat, 27 Desember 2013
Hijrahku Dimulai
Hijrah.. satu kata yang amat berarti dan berat menurutku. Satu kata yang mencerminkan perubahan ke arah yang lebih baik dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk secara perlahan tapi pasti.
Bismillah.. satu kata dalam permulaan hijrah ini terucap, terpatri dalam kalbu yang terdalam. Dengan menancapkan niat yang kokoh, memulai kata 'hijrah' ini pelan-pelan.
Siapa sih yang gak mau masuk surga? Surga yang penuh kenikmatan, penuh kebahagiaan. Bertemu dengan Rabb, Sang Pencipta. Bertemu dengan Rasulullah, keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya juga.
Siapa juga yang gak mau jadi anak sholihah yang nantinya di surga bisa berkumpul lagi dengan kedua orangtua yang amat disayanginya beserta keluarganya? Semuanya pasti ingin berkumpul lagi seperti di dunia ini dalam surga yang kekal.
Inilah alasan kenapa hijrahku dimulai..
Dari yang awalnya ngebet pacaran *eh jadi memegang prinsip antipacaran.
Jujur. Aku juga pernah ngalamin yang namanya pacaran walaupun gak seperti pacaran pada umumnya yang suka pegangan tangan, jalan bareng, gombal-gombalan. Statusnya sih pacaran, tapi komunikasi aja enggak. Ketemu sekedarnya, kalopun ketemu ngomonginnya tentang sekolah sama hobi. Pernah si dia manggil sekali dengan kata 'yang' tapi karna ngeliat aku dengan tampang yang gak suka, dia kembali manggil namaku doang. Bersyukur sih meskipun pernah pacaran masih tetap dalam koridor. Ya namanya pacaran, pernah ngalamin galau. Ini yang aku rasa pacaranku juga berdosa walau gak neko-neko.
Entah kenapa kalo ada masalah sepele bisa jadi masalah yang dirasa gede banget, biasalah cemburu anak muda hehe. Dan masalah itupun bisa bikin putus *ups. Sedih sih iya, jujur aja sampai nangis *lebay* Sejak putus itu juga gak mau lagi pacaran.
Prinsip ini di awal mungkin salah. Gak mau pacaran karna takut sakit hati lagi. Tapi aku bersyukur, sejak aku pakai hijab, hijab ini yang melindungiku dari keinginan untuk pacaran. Rasanya malu kalo deket sama lawan jenis.
Semenjak mengikuti organisasi kerohanian di SMA pun makin mengerti banyak hal tentang aturan agama, termasuk pacaran. Ternyata pacaran itu haram guys, gak ada yang namanya pacaran islami, sekalinya pacaran ya dosa ._.
Oke. Setelah tau banyak hal tentang itu, akhirnya niat prinsip antipacaran berubah. Jrengjreng.. Sejak SMA kelas 1 udah gak mau lagi deket2 sama yang namanya pacaran. Deket sama cowok aja rasanya ogah. Dideketin cowok apalagi, no comment, ndiemin aja deh. Bukannya gimana-gimana sih ya, gatau kenapa rasanya kalo deket sama cowok tuh gampang banget kena gosip
Karena hijab lah yang menjadi tameng untuk tidak berkelakukan seperti itu. Hijab ini yang menjadi awal hijrahku dimulai :)
Bismillah.. satu kata dalam permulaan hijrah ini terucap, terpatri dalam kalbu yang terdalam. Dengan menancapkan niat yang kokoh, memulai kata 'hijrah' ini pelan-pelan.
Siapa sih yang gak mau masuk surga? Surga yang penuh kenikmatan, penuh kebahagiaan. Bertemu dengan Rabb, Sang Pencipta. Bertemu dengan Rasulullah, keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya juga.
Siapa juga yang gak mau jadi anak sholihah yang nantinya di surga bisa berkumpul lagi dengan kedua orangtua yang amat disayanginya beserta keluarganya? Semuanya pasti ingin berkumpul lagi seperti di dunia ini dalam surga yang kekal.
Inilah alasan kenapa hijrahku dimulai..
Dari yang awalnya ngebet pacaran *eh jadi memegang prinsip antipacaran.
Jujur. Aku juga pernah ngalamin yang namanya pacaran walaupun gak seperti pacaran pada umumnya yang suka pegangan tangan, jalan bareng, gombal-gombalan. Statusnya sih pacaran, tapi komunikasi aja enggak. Ketemu sekedarnya, kalopun ketemu ngomonginnya tentang sekolah sama hobi. Pernah si dia manggil sekali dengan kata 'yang' tapi karna ngeliat aku dengan tampang yang gak suka, dia kembali manggil namaku doang. Bersyukur sih meskipun pernah pacaran masih tetap dalam koridor. Ya namanya pacaran, pernah ngalamin galau. Ini yang aku rasa pacaranku juga berdosa walau gak neko-neko.
Entah kenapa kalo ada masalah sepele bisa jadi masalah yang dirasa gede banget, biasalah cemburu anak muda hehe. Dan masalah itupun bisa bikin putus *ups. Sedih sih iya, jujur aja sampai nangis *lebay* Sejak putus itu juga gak mau lagi pacaran.
Prinsip ini di awal mungkin salah. Gak mau pacaran karna takut sakit hati lagi. Tapi aku bersyukur, sejak aku pakai hijab, hijab ini yang melindungiku dari keinginan untuk pacaran. Rasanya malu kalo deket sama lawan jenis.
Semenjak mengikuti organisasi kerohanian di SMA pun makin mengerti banyak hal tentang aturan agama, termasuk pacaran. Ternyata pacaran itu haram guys, gak ada yang namanya pacaran islami, sekalinya pacaran ya dosa ._.
Oke. Setelah tau banyak hal tentang itu, akhirnya niat prinsip antipacaran berubah. Jrengjreng.. Sejak SMA kelas 1 udah gak mau lagi deket2 sama yang namanya pacaran. Deket sama cowok aja rasanya ogah. Dideketin cowok apalagi, no comment, ndiemin aja deh. Bukannya gimana-gimana sih ya, gatau kenapa rasanya kalo deket sama cowok tuh gampang banget kena gosip
Karena hijab lah yang menjadi tameng untuk tidak berkelakukan seperti itu. Hijab ini yang menjadi awal hijrahku dimulai :)
Selembar Impian
Lembaran mimpi ini aku tulis untuk mengingatkanku pada masa perjuanganku dalam meraih impian. Lembaran yang penuh coretan suka duka ini akan terangkai rapi dalam buku kehidupan yang nantinya akan terbuka untuk dibaca bersama dengan orang-orang tersayang, yang akan menjadi sebuah dongeng pengantar tidur untuk anak-anakku, akan menjadi bahan untuk berbagi kisah dengan suami tercinta. Asik lebay dulu nih ceritanya :Dv
Sejak
kecil tentu kita semua punya impian, cita-cita yang terus mengakar dalam hati
kita haha. Sejak aku duduk di bangku SD, aku sudah punya impian melanjutkan
sekolahku di SMP N 2 Klaten dan SMA di SMA N 1 Klaten. Kedua sekolah tersebut
merupakan sekolah terfavorit di kota tercinta ini, Klaten. Sekolah dambaan
kedua orangtua yang tak pernah tersampaikan lantaran kedua orangtuaku dulu
nakal katanya :v
Alhamdulillah
impian itu sudah terealisasikan. Di bangku SMA aku kembali menuliskan
impian-impianku. Begitu banyak acara yang bercerita tentang mimpi aku datangi.
Di setiap acara itu intinya tetap sama, TULISKAN MIMPIMU! Satu kalimat ini yang
selalu aku pegang sampai saat ini dalam menggapai impian.
Salah
satu mimpiku saat di SMA, aku ingin mendapat predikat ranking 1 selama aku
bersekolah di SMA itu. Yak, mimpi itu nyata! Tiga tahun predikat itu di
tanganku. Selain ranking sebenarnya aku juga ingin menjadi salah satu tim
Olimpiade Sains Nasional (OSN) mata pelajaran kimia. Namun, harapan hanyalah
harapan. Aku tidak ditakdirkan menjadi bagian dari tim yang super keren itu.
Aku ingat betul aku
tulisakan mimpi setelah tamat SMA aku ingin melanjutkan kuliah di fakultas
kedokteran UGM/UI/UNDIP. Tulisan itu beserta mimpi-mimpiku yang lain aku tempel
di lemari pakaianku, yang selalu aku lihat ketika aku akan tidur dan bangun
tidur. Ya karna lemari pakaianku di kamar tepat di depan tempat tidurku hehe.
Meskipun
aku tidak diterima di UGM ataupun UI, aku tetap bersyukur bisa diterima di
UNDIP. Dulu aku berpikir kalo FK UNDIP kayaknya gak terkenal, gak banyak
saingan makanya aku diterima di UNDIP. Eits, ternyata prasangkaku salah. Kali
ini aku sungguh bersyukur menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran UNDIP. Gimana
gak, prestasinya ternyata segudang. Bahkan, UGM, UI, Unair, dll pun kalah
dengan UNDIP saat lomba IMO maupun GIMSCO. UNDIP keluar sebagai juara umum.
Berkat gemblengan dosen-dosen yang luar biasa kecenya, FK UNDIP justru diminati
banyak calon mahasiswa yang pengen masuk FK sekarang.
Lanjut
lagi mimpinya :D Setelah masuk di FK UNDIP, tentu punya mimpi-mimpi yang jauh
lebih besar lagi dong. Semester 1 aku pengen punya IP di atas 3. Maklum masih
mahasiswa baru yang masih takut kebawa suasana SMA. Alhamdulillah, IP ku justru
lebih dari itu. IP pertamaku 3,32 dan tertinggi se-dosen wali. Dikit sih emang,
setidaknya lebih dari 3 ^_^ Aku bersikeras ngambil semester pendek buat
ningkatin IP, tapi ya gimana lagi jadi 3,47. Dosen waliku seorang dosen
farmakologi bilang kalo cumlaude itu IPK > 3,51. 3,50 aja belum cumlaude
katanya. Gapapa pikirku, masih semester 1 kok *ngayem2i dewe*
Terus
bermimpi.. Semester 2 IPK harus cumlaude, harus lebih dari 3,52 biar bisa jadi
asisten dosen. Alhamdulillah terus dah. IPK akhirnya cumlaude pasca SP semester
2 dan yang paling bikin aku heran gimana bisa biostatistik jadi A padahal
awalnya C. Emang sih saat SP aku kerjain sendiri pembahasannya, cuma
kesimpulannya nyontek temen dikit gara-gara bingung ngolah kata yang enak
dipakai kayak gimana. Eh temen malah dapet B. Bersyukur banget biostatistik A
IPK bisa cumlaude gini. Duh, terharu.. asisten dosen di depan mata ini!
Mimpiku
jadi asisten dosen bagian kimia kedokteran, yang aku pengeni sejak semester 1
terwujud saat aku menginjak pergantian semester 3. Lagi-lagi sulit dipercaya.
Mimpiku... Selain jadi asdos, aku juga pengen naruh artikel kesehatan di koran
saat semester 3. Yuhuuuu.. ini pun juga nyata. Atas saran bapak, disuruh
masukin di Joglo Pos. Bantuan bapak juga yang nyariin CP redaksinya. Makasih
banyak bapak :3
Dan
sekarang ini sudah di perhujung semester 3, akan menginjak ke semester 4 *wish*
Semoga makin baik lagi ke depannya, makin lancar dan tercapaikan impian-impian
berikutnya. Aamiin ya Allah ridhoilah..
Ini beberapa mimpiku untuk tahun 2014 dan seterusnya
yang aku ingat dan belum sempat tertulis nyata hehe
Bismillahirrahmanirrahim..
2014 :
-
IPK > 3,52
-
Berani memakai kerudung gede
-
Memperbaiki niat, meningkatkan amalan,
lebih aktif organisasi
-
Amanah dalam organisasi intra FK (HIMAKU
dan ROHISKU). KMK juga harus jalan
-
Annisa sweet’s card harus rajin dibikin
+ diisi amalannya
-
Nyalonin asdos biokimia atau faal
-
Harus mulai belajar bikin PKM yang super
bener biar bisa maju lomba
-
Berjuang buat lomba!
-
Ngajuin beasiswa PPA
-
Mulai aktif ngedanus alias jualan
(belajar jadi doctorpreneur)
-
Jadi pembicara dalam acara-acara
intraorganisasi
-
Aktif nulis artikel kesehatan di Joglo
Pos
-
Ngajar di Kakak Adik Asuh (Kadiksuh)
Pengabdian Masyarakat
-
Lebih mendalami kuliah, nyicil belajar
klinisnya juga, kalo bisa baca standar kompetensi dokter indonesia
-
Berbagi sama adek kelas semacam
nentirin, itung2 belajar jadi dosen hehe
-
Dll (masih banyak dan belum kepikiran)
Itulah beberapa impian yang spesifik di tahun 2014.
Tahun-tahun berikutnya, gambaran besarnya seperti ini :
- Asisten Dosen lagi untuk tahun terakhir
sebelum skripsi
- Skripsi sukses
- Lulus S.Ked dengan gelar cumlaude
-
Co-Ass lancar, mendalami ilmu2 buat jadi
dokter beneran
-
Lulus dokter dengan gelar cumlaude
-
Jadi asisten dokter (sementara sambil
nunggu internship)
-
Menikah dengan laki-laki idaman (gak
harus dokter, entah penting jodoh :D)
-
Internship semoga bisa ngambil di Klaten
-
PTT lancar jaya
-
Ambil magister kesehatan masyarakat di
Undip (kalo bisa sih kalo TOEFLnya kece, aamiin Ya Allah.. pengennya kayak
dokter Gana S2 di Jepang)
-
Punya anak yang sholih aamiin (Fatihatul
Furqon Hafizh = pembuka untuk pembeda yakni sebagai seorang hafizh kecil di
keluarga)
-
Jadi dosen IKM (Ilmu Kesehatan Masyarakat)
di universitas mana aja yang penting deket suami *eaa
-
Jadi dokter di rumah sakit entah di mana
aja yang penting serumah sama suami hihi
-
Ambil PPDS (spesialis anak) Sp.A di UGM
-
Punya anak yang sholihah aamiin
(Zahrotul Jannah Azzahwa = bunga surga yang megah)
-
Jadi dokter anak yang muslimah
-
Tetep aktif nulis dan pembicara
-
Naik haji bersama suami dan orangtua
tercinta
-
Punya rumah yang aku pengen ngedesain
ada perpustakaan dalam rumah deket kolam
-
Punya klinik khusus buat anak yang ada
playgroup + ada semacam kantin yang menunya dari ahli gizi
-
Punya usaha bareng suami
-
Anak-anak sholih dan sholihah, cerdas,
membanggakan
-
Punya semacam yayasan atau sekolah buat
anak-anak yang kurang mampu
-
Keliling Indonesia bareng keluarga besar
-
Jalan-jalan sekeluarga ke Paris, Jerman,
Jepang, Mesir
-
Dan yang paling penting, jadi anak sholihah
buat kedua orangtua
-
SURGA... :) ^_^
Langganan:
Postingan (Atom)