Selasa, 19 April 2011

Bersamamu Wahai Teman

Hembusan angin yang bertiup
Bersama deruan ombak menerpa batu karang
Hatiku sayu bila mengenang kau
Bertahun-tahun kita melangkah bersama
Perpisahan yang tiada diundang
Kita hanya mampu berusaha
Hanya Allah menentukannya
Segalanya adalah milik-Nya

Dalam berusaha kita diuji
Kekadang tohmah kita dicaci
Diturutkan rasa hati
Ingin dilepaskan beban ini
Mujur ada teman membantu
Sokonganmu buat inspirasi

Berpeganglah pada janji kita yang dibina
Semoga bersama kita kan dirahmati Allah
Oh Teman..

Kehidupan Dunia yang Sesungguhnya

Akal manusia tidak bisa membayangkan ukuran dan fungsi jagat raya yang kita huni. Kira-kira terdapat 300 milyar galaksi di jagat raya. Galaksi bima sakti kita adalah salah satunya. Di dalamnya ada 250 milyar bintang. Matahari adalah salah satunya. Dengan kata lain, masih lebih banyak bintang di jagat raya daripada butiran pasir di seluruh pantai di dunia, dan matahari kita hanya seperti sebutir pasir. Bumi tempat kita berpijak tidaklah lebih luas dari sebutir pasir. Sebagai manusia, mahluk kecil yang menghuni bumi, dia bukanlah apa-apa dibandingkan dengan ukuran jagat raya. Namun manusia melupakan semua ini, bahkan merasa dirinya besar. Dia hidup dengan penuh kesombongan. Dia lupa bahwa dia adalah mahluk lemah ciptaan Allah, yang suatu hari akan mati dan harus menghitung amalnya di hadapan Allah. Lebih jauh lagi, dia terbuai dengan urusan dunia, yang ukurannya tidak lebih besar dari sebutir pasir bila dibandingkan dengan jagat raya.

Dan semua orang akan segera mati dan dikubur dalam lubang kecil di bumi. Sebelum mengantarkannya pada hari akhir, Allah pasti akan menunjukkan bahwa dia itu begitu lemah. Jika tidak mati muda, contoh ketidakberdayaan manusia di dunia adalah ketika ia menjadi tua renta.

Jatuh Cinta?

Cinta hadir tak memandang musim, tak memandang jenis kelamin, tak memandang usia pula. Ia hadir dengan ketulusan hati, bukan karena kecantikan ataupun ketampanan.
Teringat film AYAT-AYAT CINTA, menyelaraskan makna “cinta” dan “keinginan untuk memiliki”adalah berbeda.

Sungguh banyak keinginan manusia yang didasari atas nafsu setan. Banyak kita jumpai di kalangan muda akhir-akhir ini, berpegangan tangan, berciuman, bahkan berzina (na’udzubillahimin dzalik). Hal tersebut bukanlah “cinta”. Lalu bagaimana wujud cinta sesungguhnya? Wujudnya dimulai dari sebuah ijab kabul. Di situlah letak dimulainya kasih sayang.

Bagaimana jika diri ini terserang virus merah jambu sebelum terikat dalam pernikahan? Cukuplah diam sebagai pengganti ketawadu’an, sebagai rasa sayang yang tak mungkin diberikan sebelum ijab kabul diucapkan di depan orangtua dan penghulu.

Calon pendamping yang baik adalah seseorang yang mampu mengingatkan agar selalu terhindar dari zina serta menjaga kehormatan sebelum mendapat label sah.
Percayalah.. jodoh yang terbaik untuk kita telah disiapkan Allah, jodoh yang mampu menyeimbangi jiwa yang lemah, jodoh yang mampu berbagi dalam berbagai suasana, jodoh yang mampu membimbing ke surga.

Sesosok Pak Tua

Pagi itu tak seperti biasanya. Matahari malu menampakkan wajahnya. Rintik-rintik hujan menemaniku dalam perjalanan ke sekolah. Saat itu pula aku merasakan bagaimana perjuangan seorang murid untuk menimba ilmu. Bangun di pagi buta, mandi meskipun tubuh menggigil kedinginan, berangkat ke sekolah walau raga masih ingin beristirahat.

Setibanya di sekolah tercinta, kuparkirkan motor yang aku tumpangi ke kandang motor kelas XI. Kusapa temanku yang ternyata sudah lama di sampingku.

“Cendra… ” sapaku padanya.

“Eh Devi..” balasnya.

“Kok ga pake jas hujan, Cen? tanyaku sambil melihat seragamnya yang agak basah terkena air hujan.

“Enggak. Nanggung bgt. Di rumahku ga hujan tadi, hujannya baru di Jl. Pemuda.”
“Oo.. hehe.” responku sekenanya.

Segera aku melepas jas hujan yang melekat pada seragamku, juga mengganti sandal jepit yang menghiasi kakiku. Setelah semua beres dengan seragam sekolah (murid yg baik ^_^), aku dan temanku beranjak dari parkiran. Di persimpangan kelas, aku berpamitan kepada temanku yang ternyata mendampingiku sejak tadi.

“Duluan ya, Cen.” pamitku singkat.

“Iya, Dev.”

Cendra adalah salah satu teman baikku di kelas X. Dia bukanlah muslim sepertiku. Namun aku dengan dirinya berteman baik sampai sekarang, meskipun telah berbeda kelas.

Seusai berpisah dengannya di persimpangan, kunaiki tangga yang mengantarkanku ke high class XI A6, ya karna kelasku sendiri yang berada di lantai 2. Di dalam kelas masih lumayan sepi, terlihat hanya beberapa butir orang. Setelah menaruh tas di bangku favoritku, aku langkahkan kakiku ke depan kelas.

Aku bersyukur memiliki kelas di atas. Meskipun jauh dari peradaban, di sini aku bisa melihat orang yang berlalu lalang. Tidak hanya aku, begitu juga dengan teman sebangkuku yang juga teman baikku, Intan, merasakan hal yang sama sepertiku.

Saat asyik-asyiknya ngobrol dengan salah seorang teman, pandanganku seketika mengarah kepada sesosok lelaki tua yang sedang menyapu halaman. Kuperhatikan ia dengan seksama.

Dengan memakai topi, ia rela hujan-hujan demi kebersihan sekolah. Tubuhnya tampak kurus kering dan kulitnya telah keriput. Semua yang ada padanya telah tampak tua kecuali bola matanya. Meskipun begitu, ia tetap membersihkan halaman, menyapu dedaunan yang gugur.

Ingatkah cerita salah seorang guru bahasa inggris kita? “Bapak tua yang kerjanya membuang sampah itu pernah sakit parah tapi ia tetap berjuang mencari nafkah. Tanpa ia pula, sekolah kita tak mungkin seindah yang kita lihat. Bayangkan jika ia tak ada di sekolah. Siapa yang akan membuang sampah-sampah kita? Berapa sampah yang terurai di sekolah kita?” Begitu inti ceritanya yang panjang kali lebar.

Teman, hormatilah ia, seperti engkau menghormati guru. Ia juga mendidik kita secara tidak langsung. Bukan matematika, fisika, kimia, atau biologi. Tanpa kita sadari, ia telah mengajari kita arti perjuangan yang sebenarnya.
Dalam keadaan bagaimanapun juga, kita harus sebisa mungkin semangat masuk sekolah. Sakit yang tidak parah, hujan, apapun sikonnya, janganlah mengeluh. Contohlah Pak Tua itu, kawan…

(Maaf Pak, nggak tau nama njenengan. Tp pengen skali knalan dan mendengar suara Bapak. Terimakasih atas segala jasa njenengan, Pak. You’re our hero )

Titik Balik Kehidupan

Gadis kecil itu kini telah beranjak remaja. Ia buka lembaran-lembaran kusam masa lalunya.

Seorang bayi mungil berjenis kelamin perempuan telah terlahir ke dunia. Isak tangis yang membawa kebahagian kepada kedua orangtua serta sanak saudaranya.

Bayi itu telah tumbuh berkembang layaknya benih yang berubah menjadi kecambah. Ia pun sudah bisa berjalan. Namun, ada keganjalan, bayi yang berumur 2 tahun belum bisa berbicara. Hal ini yang membuat kedua orangtuanya gelisah.

Suatu hari, si bayi memanggil sebuah nama “mama”. Ya, mama adalah orang pertama yang ia panggil. Betapa bahagianya keluarga si bayi itu saat mendengar kata yang keluar dari mulutnya.

Kecambah pun kembali tumbuh, lebih besar dari sebelumnya. Bayi mungil telah menginjak bangku sekolah taman kanak-kanak, tak semungil dulu lagi. Di taman kanak-kanak ABA, ia aktif mengikuti beragam kegiatan, dari belajar pada umumnya, lomba-lomba, sampai siaran di radio kanak-kanak.

Setelah bangku nol besar ia lalui, ia melanjutkan ke bangku dasar. Di bangku SD, tak jauh berbeda dengan di TK dahulu, ia tetap aktif di beragam kegiatan sekolah. Di situ pula, ia mendapat tropi juara pengetahuan umum tingkat kecamatan untuk pertama kalinya. Meskipun hanya tingkat kecamatan, ia cukup senang dengan hasil perjuangannya.

Tiba saat yang mendebarkan, ujian nasional menanti. Alhamdulillah, ia berhasil melewatinya dengan predikat rangking 1, membawa nama baik sekolahnya.
Lanjut smp di mana? Sebelum pelaksanaan ujian, ia sudah berencana melanjutkan ke espero. Puji syukur Alhamdulillah, ia diterima.

Di sana, ia merasakan kepahitan dalam hidupnya. Masalah selalu datang bertubi-tubi tanpa penyelesaian.

Begitu kejamnya dunia. Kalimat itu yang kerapkali muncul di pikiran gadis itu.

Sampai saat yang ia tunggu-tunggu, ia bertekad untuk berubah di SMA nanti. Benar, entah kenapa, setelah ia diterima di sekolah dambaannya, ia ingin berhijab. Bisa jadi itu adalah hidayah langsung dari Sang Pencipta.

Bersama dengan salah seorang teman kenalan dari smp yang sama, mereka pun mulai belajar mendalami agama. Dan itulah asal muasal titik balik sang gadis kecil.
Di kelas X, gadis kecil yang telah remaja itu, mengikuti ekskul kerohanian bersama temannya yang kini menjadi teman baiknya. Berbekal tangan hampa, tanpa ilmu apapun, dengan berani dan penuh harapan mereka mengikuti test masuk rohis. Alhamdulillah yang sangat luar biasa, mereka dinyatakan ‘diterima’.

Dari sanalah sang gadis yang dahulu terpuruk menjadi bangkit, bersama teman-teman seperjuangan menegakkan kembali panji-panji Islam. Banyak pelajaran yang ia dapat dan Insya’Allah ia akan amalkan sampai akhir hayat nanti. Ia pun bertekad kuat belajar, belajar, belajar dan belajar agar terus lebih baik, karena masih banyak tantangan yang menghadang.

Perjalanan masih panjang. Gadis itu baru berada pada posisi pohon yang muda, yang kelak akan menjadi pohon yang berbuah (amien..). Ibarat dari telur, ulat, kepompong, dan akan berubah menjadi kupu-kupu yang indah.

Taukah kau, siapakah gadis kecil yang telah beranjak remaja itu? Ia adalah AKU. Aku dengan segala kekurangan dan kesalahanku, bertekad bulat, terus berjuang, menempa diriku, agar aku tahan banting menghadapi segala macam tantangan hidupku.

Terimakasih yang tak terkira untuk Tuhanku ALLAH SWT, kedua orangtua yang selalu mendukungku, teman-teman rohis smansa, teman-teman baikku, mentorku, serta semua yang telah menjadikanku berubah. Bersama kalian, muslim sejati ada di depan mata. Ayo kita gapai, mimpi jadikan kenyataan!!! Karena aku yakin, KITA PASTI BISA..!! semangka.. ( kata2 semangatku) \(^_^)/

Sabtu, 16 April 2011

Untukmu Ratuku

Ratuku..
Ingin kuluahkan apa yang ingin kuluahkan
Tentang kebimbanganku ini
Tatkala melihat bunga-bunga berguguran dipetik tangan-tangan ganas

Ratuku..
Kebimbanganku ini masih menebal
Bila kudengar dengungan kumbang yang coba menyedot madumu
Walau tanpa relamu

Ratuku..
Kebimbanganku bertambah lagi
Bila kumelihat bunga yang tak segan silu
Melampiaskan kecantikannya ketika sedang mekar
Melupakan kuntuman yang sebelum ini melindunginya

Ratuku..
Aku masih terpinga-pinga
Masih wujudkah lagi ratu idaman hatiku
Karena apa yang aku lihat
Hari ini makin banyak bunga gugur bagai tibanya musim luruh

Ratuku..
Bukanlah kuberharap kau segigih Siti Hawa yang berlari-lari antara Safa dan Marwa
Bukan juga sesetia Ainul Mardhiyah menanti kekasih di pintu surga

Ratuku..
Akuilah hakikat yang tersurat
Engkau bukan Siti Khadijah maupun Siti Fatimah
Engkau bukan A’ishah bukan juga Rabi’atul Adawiyyah
Wanita suci terpuji
Karena aku tak layak berharap sedemikian rupa
Cukuplah sekadar kau coba mencontohi bunga-bunga itu
Kembang mekar mewangi
Sehingga harumnya melewati pintu-pintu surga
Jangan kau risau ratuku
Kadangkala musim silih berganti
Sehingga bunga tak dapat berkembang lagi
Tapi itu hanya ujian untukmu

Ratuku..
Esok musim bunga pasti akan tiba
Dan kau akan mampu berkembang lagi
Cuma yang kuharap kau jaga kelopakmu
Jangan sampai tangan-tangan kasar memetikmu lagi
Jangan goda kumbang-kumbang ganas menghisap madumu
Jangan biarkan gagak-gagak hitam itu merasakan serimu
Karena kau ratu idaman kalbu

::CINTA DALAM HENING::

Duhai gadis, maukah ku beritahukan padamu bagaimana mencintai dengan indah?
Inginkah ku bisikkan bagaimana mencintai dengan syahdu.
Maka dengarlah..
Gadis, Saat ku jatuh cinta..
Tak akan ku berucap..
Tak akan ku berkata..
Namun ku hanya akan diam..
Saat ku mencintai, takkan pernah ku menyatakan.
Tak akan ku menggoreskan..
Yang ku lakukan hanyalah diam..

Aku tahu, cinta adalah fitrah..sebuah anugrah tak terperih..
Karena cinta adalah kehidupan. Karena rasa itu adalah cahaya. Aku tahu, hidup tanpa cinta, bagaikan hidup dalam gelap gulita.. Namun.. Saat rasa itu menyapa, maka hadapi dgn anggun. Karena rasa itu ibarat belenggu pelangi, dengan begitu banyak warna. Cinta terkadang mbuatmu bahagia, namun tak jarang mbuatmu menderita. Cinta ada kalanya manis bagaikan gula, Namun juga mampu memberi pahit yang sangat getir. Cinta adalah perangkap rasa.. Sekali kau salah berlaku, maka kau akan terkungkung dalam waktu yang lama dalam lingkaran derita.

Maka gadis, Agar kau dapat keluar dari belenggu itu. Dan mampu melaluinya dgn anggun.. Maka mencintailah dalam hening. Dalam diam.. Tak perlu kau lari, tak perlu kau hindari. Namun juga, jangan kau sikapi dgn berlebihan. Jangan kau umbar rasamu. Jangan kau tumpahkan segala sukamu..

Cobalah merenung sejenak dan fikirkan dgn tenang.. Kita percaya takdir bukan? Kita tahu dengan sangat jelas... Dia, Allah telah mengatur segalanya dengan begitu rapinya? Jadi, apa yang kau risaukan? Biarkan Allah yg mengaturnya, Dan yakinlah di tangan-Nya semua akan baik-baik saja..

Cobalah renungkan... Dia yang kau cinta, belum tentu atau mungkin tak akan pernah menjadi milikmu.. Dia yang kau puja, yang kau ingat saat siang dan yang kau tangisi ketika malam, Akankah dia yang telah Allah takdirkan denganmu?

Gadis, kita tak tahu dan tak akan pernah tahu.. Hingga saatnya tiba.. Maka, ku ingatkan padamu, tidakkah kau malu jika smua rasa telah kau umbar... Namun ternyata kelak bukan kau yg dia pilih untuk mendampingi hidupnya? Gadis, Karena cinta kita begitu agung untuk di umbar.. Begitu mulia untuk di tampakkan.. Begitu sakral untuk di tumpahkan..

Dan sadarilah gadis, fitrah kita wanita adalah pemalu, Dan kau indah karena sifat malumu.. Lalu, masihkah kau tampak menawan jika rasa malu itu telah di nafikan? Masihkah kau tampak bestari jika malu itu telah kau singkap.. Duhai gadis, jadikan malu sebagai selendangmu.. Maka tawan hatimu sendiri dalam sangkar keimanan.. Dalam jeruji kesetiaan.. Yah.. Kesetiaan padanya yg telah Allah tuliskan namamu dan namanya di Lauhul Mahfuzh.. Jauh sebelum bumi dan langit dicipta..

Maka cintailah dlm hening. Agar jika memang bukan dia yg ditakdirkan untukmu, Maka cukuplah Allah dan kau yg tahu segala rasamu.. Agar kesucianmu tetap terjaga.. Agar keanggunanmu tetap terbias..

Maka, ku beritahukan padamu, Pegang kendali hatimu..Jangan kau lepaskan. Acuhkan semua godaan yg menghampirimu.. Cinta bukan untuk kau hancurkan, bukan untuk kau musnahkan.. Namun cinta hanya butuh kau kendalikan, hanya cukup kau arahkan..

Gadis... yg kau butuhkan hanya waktu, sabar dan percaya..
Maka, peganglah kendali hatimu, Lalu..Arahkan pd Nya.. Dan cintailah dalam diam.. Dalam hening.. Itu jauh lebih indah..
Jauh lebih suci

Jika Aku Jatuh Cinta

Ya Allah
jika aku jatuh cinta,
Cintakan aku kepada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu
Agar bertambah kekuatanku untuk mencintai-Mu

Ya Muhaimin
jika aku jatuh cinta,
Jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah
jika aku jatuh hati,
Ijinkan aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu
Agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu

Ya Robbana
jika aku jatuh hati,
Jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling aku dari-Mu

Ya Robbul Izzati
jika aku rindu,
Rindukanlah aku pada seseorang yang melindungi syahid di jalan-Mu

Ya Allah
jika aku rindu,
Jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindui syurga-Mu

Ya Allah
Engkau telah mengetahui bahwa hati-hati ini
Telah berhimpun dalam cinta-Mu,
Telah berjumpa dalam taat pada-Mu,
Telah bersatu dalam da’wah pada-Mu,
Telah berpadu dalam membela syari’at-Mu,

Kukuhkanlah Ya Allah ikatannya,
Kekalkan cintanya,
Tunjukilah jalan-jalannya,
Penuhilah hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah padam.
Lapangkan dada-dada kami dengan lampahan keimanan kepada-Mu
Dan keindahan bertawakal di jalan-Mu

Amiinn.....

Di Penghujung Waktu

Awan gelap menyelimuti langit sore itu. Udara dingin merasuk ke dalam tubuh. Angin berdesir menggerakkan jilbabku bak menari-nari. Di teras rumah, dtemani secangkir teh hangat, aku menunggui adikku yang sedari tadi belum pulang.

Ketika seteguk air teh masuk ke kerongkongan, tiba-tiba adikku datang. Terlihat air mata membanjiri wajah manisnya. Ia pun buru-buru masuk rumah tanpa memberi salam.

“Tumben Syifa pulang ga ngasih salam. Kenapa ya?.” gumamku dengan sedikit keanehan terlintas di otakku.

Tanpa pikir panjang, aku mengikuti jejak adikku yang ternyata masuk ke dalam kamarnya. Di luar kamar bernuansa pink itu, terdengar isak tangis.

“Dek, boleh kakak masuk?” tanyaku pada adik semata wayangku.

Tak ada balasan. Isak tangis justru semakin terdengar.

Akhirnya aku memutuskan untuk masuk walaupun tanpa izin dari si pemilik kamar.

“Kamu kenapa, Dek? Ada masalah apa? Ayo crita sama kakak, sapa tau setelah crita jadi lebih lega.” Aku mencoba membujuk adikku yang terus menangis memeluk guling kesayangannya.

“ Pa-pa-pa-car Syifa, Kak.” jawabnya tersendat-sendat oleh tangisnya.

“Pacar? Syifa punya pacar? Kenapa dia?” tanyaku kaget.

“Dia buaya, Kak. Dia ninggalin Syifa.” Adikku kembali menangis sejadi-jadinya.

“Sudah, Dek, jangan nangis lagi. Seharusnya adek bersyukur karna Allah masih sayang bgt sama adek. Nyatanya adek dikasih tau kalau pacar adek tu ga bnr. Coba kalau enggak, adek masih kluyuran ga jelas sama dia.”

“Beneran, Kak? Kakak ga bohong kan? Kakak ga marah?

“Insya’Allah beneran. Kakak ga marah kok.”

“Makasih ya, Kak. Kakak emang kakakku yang baik hati sedunia.” Ia berhenti menangis dan memelukku erat.

“Oiya, Kak, denger-denger istri Pak Khalid tetangga baru kita lumpuh, buta, tuli, dan bisu. Emang kabar itu bener, Kak? Soalnya kemarin ga sengaja aku denger dari tetangga-tetangga yang ngrumpi.” tanyanya sambil melepas pelukan.

“Mana Kak Zahra tau. Kalo adek penasaran, berkunjung saja ke rumahnya.”

“Iya deh, Kak, besok aku ke sana.”

Keesokan harinya, benar, Syifa berkunjung ke sana.

Pulang dari rumah itu, seketika perilaku Syifa berubah. Ia menjadi lebih rajin beribadah, tak lagi main bersama-teman-temannya, bahkan ia menjadi seorang pendiam.
Suatu hari saat ia hendak berangkat sekolah, ia berpamitan kepadaku seakan-akan ia akan pergi selama-lamanya.

“Kak Zahra, Syifa berangkat dulu ya. Maafin Syifa kalau selama ini udah bikin kakak kecewa. Do’ain Syifa ya, Kak, biar bisa bertemu Ummi dan Abi. Assalamu’alaikum.”
Sebelum aku menjawab, ia sudah pergi meninggalkanku. Aku hanya menjawab di dalam hati dengan penuh tanya.

Pertanyaanku pun kini telah terjawab. Syifa benar-benar meninggalkanku selamanya. Ia menjadi korban tabrak lari sewaktu berangkat ke sekolahnya.
Seusai pemakaman, aku membuka diarynya. Tepat sehari sebelum ia pergi, tertulis jelas :

Diary,
Istri Pak Khalid memang lumpuh karna ia tdk pergi kemanapun kecuali tempat kebaikan.
Ia memang buta karna ia tdk mau melihat apapun kecuali kebaikan.
Ia memang tuli karna ia tdk mau mendengar apapun kecuali kebaikan.
Ia memang bisu karna ia tdk mau berkata kecuali kebaikan.
Aku ingin seperti ia, Ya Allah. Aku ingin menjadi wanita shalehah..

Air mataku tak bisa tertahan saat membaca kata demi kata tulisannya.
Syifa kini sudah bersama Ummi dan Abi. Kak Zahra di dunia yang fana ini sendiri, Dek. Tak ada lagi yang menemani kakak, tak terdengar lagi canda dan tawamu, tak terlihat lagi senyum manismu.

Ya Rahman, ampunilah segala kesalahannya, masukkan ia ke dalam jannah-Mu bersama dengan orang-orang yang shaleh. Amiin Ya Robbal ‘alamin..

sebiru hari ini

Sebiru hari ini,
birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hari kita bersama di sini

Seindah hari ini,
indahnya bak permadani taman surga
Seindah hari kita walau kan terpisah

Bukankah hati kita telah menyatu dalam tali kisah persahabatan Illahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terbentang oleh sang waktu

Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang
Kenang masa indah kita sebiru hari ini